UBIQUITOUS
COMPUTING
Teknologi
informasi pada prinsipnya adalah mentransformasikan cara bagaimana manusia
berinteraksi antar sesama dan dengan objek-objek di sekitarnya. Perubahan
teknologi terjadi adalah untuk membuat sistem komunikasi dan komputer menjadi
lebih mudah, kolaboratif, dan transparan terhadap pemakai.
Salah satu tanda perubahan tersebut
adalah munculnya sebuah versi baru teknologi informasi yang disebut dengan
Ambient Intelligence (AmI). AmI adalah suatu teknologi yang memadukan tiga
bidang ilmu yang berbeda, yaitu: Ilmu Komputer, Teknik Elektro, dan
Telekomunikasi. Ilmu komputer berperan dalam membangun dan menerapkan
konsep-konsep Expert System, teleoperator, sistem kendali, dan komponen
komputer itu sendiri. Teknik Elektro berperan dalam merancang komponen sensor
dan microelectronic. Sementara bidang ilmu Telekomunikasi lebih berperan dalam
membentuk sistem mobile communication, jaringan, dan signal processing. AmI
dibangun dengan menerapkan tiga teknologi terbaru yaitu: ubiquitous computing,
ubiquitous communication, dan intelligent user interface.
Ubiquitous Computing (sering
disingkat menjadi "ubicomp")
Ubiquitous bisa di artikan dimana-mana sedangkan Computing adalah
komputer jadi Ubiquitous Computing adalah suatu sistem yang memungkinkan
manusia berinteraksi dengan komputer secara kontinyu, dimana saja, kapan saja
dan bagaimana saja. ubiquitos computing, merupakan teknologi (terutama
teknologi komputer) digunakan dan menyatu di dalam objek dan aktivitas manusia,
sehingga di manapun kita berada kita bisa memanfaatkannya untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.” Ubiquitous Computing (komputasi dimana-mana)
diperkenalkan pertama kali oleh Mark Weiserpada tahun 1988 selagi menjabat
sebagai Chief Technologist di Xerox Palo Alto Research Center (PARC).
Dalam artikelnya yang berjudul ”The
Computer of the 21st Century” di jurnal Scientific American terbitan September
1991. Dalam artikelnya tersebut Weiser mendefiniskan istilah ubiquitous
computing sebagai berikut : ”Ubiquitous computing is the method of enhancing
computer use by making many computers available throughout the physical
environment, but making them effectively invisible to the user”. Apabila
diterjemahkan dapat diartikan sebagai metode yang bertujuan menyediakan
serangkaian komputer bagi lingkungan fisik pemakainya dengan tingkat
efektifitas yang tinggi namun dengan tingkat visibilitas serendah mungkin.
Latar belakang munculnya ide dasar
ubiquitous computing berasal dari sejumlah pengamatan dan studi di PARC
terhadap PC, bentuk komputer yang paling dikenal luas oleh masyarakat. PC yang
mempunyai kegunaan dan manfaat demikian besar ternyata justru seringkali
menghabiskan sumberdaya dan waktu bagi penggunanya, karena PC membuat
penggunanya harus tetap berkonsentrasi pada unit yang mereka gunakan dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan, PC justru membuat mereka mengabaikan aktifitas
lainnya. Dengan kata lain dibanding menghemat sumberdaya dan waktu untuk
menyelesaikan sebuah permasalahan, PC justru menambah beban untuk tetap menjaga
konsentrasi dan fokus pemikiran kita pada alat, apabila terjadi permasalahan
yang mengarah pada teknologi, semacam serangan virus atau kerusakan teknis.
Menurut Weiser, ubiquitous
computing memungkinkan pemakaian beratus-ratus device (alat) komputasi wireless
per orang per kantor dalam semua skala. Kemudian komputer menjadi semakin
embedded (tertanam dalam suatu alat), semakin pas dan enak, serta semakin
natural. Sehingga kita menggunakannya tanpa memikirkannya dan tanpa
menyadarinya. Tujuan utamanya adalah "activate the world",
mengaktifkan segala yang ada di sekitar kita. Hal itu membutuhkan inovasi-inovasi
baru di bidang operating system, user interface, networks, wireless, displays
dan masih banyak lagi. Kalau seandainya ditambahkan satu teknologi yaitu
networking kepada semua peralatan yang ada di dunia ini, maka kita dapat
mengkomunikasikan antar alat tersebut dan mengotomatisasi semuanya.
Ubicomp menjadi
inspirasi dari pengembangan komputasi yang bersifat “off the desktop”, di mana
interaksi antara manusia dengan komputer bersifat natural dan secara perlahan
meninggalkan paradigma keyboard/mouse/display dari generasi PC. Kita memahami
bahwa jika seorang manusia bergerak, berbicara atau menulis hal tersebut akan
diterima sebagai input dari suatu bentuk komunikasi oleh manusia lainnya.
Ubicomp menggunakan konsep yang sama, yaitu menggunakan gerakan, pembicaraan,
ataupun tulisan tadi sebagai bentuk input baik secara eksplisit maupun implisit
ke komputer. Salah satu efek positif dari ubicomp adalah orang-orang yang tidak
mempunyai keterampilan menggunakan komputer dan juga orang-orang dengan
kekurangan fisik (cacat) dapat tetap menggunakan komputer untuk segala
keperluan.
Dua contoh awal dari pengembangan
ubicomp adalah Active Badge dari Laboratorium Riset Olivetti dan Tab dari Pusat
Riset Xerox Palo Alto. Active Badge dikembangkan sekitar tahun 1992, berukuran
kira-kira sebesar radio panggil (pager), alat ini terpasang di saku pakaian
atau sabuk para pegawai dan digunakan untuk memberikan informasi di mana posisi
seorang karyawan dalam kantor, sehingga saat seseorang ingin menghubunginya
lewat telepon secara otomatis komputer akan mengarahkan panggilan telepon ke
ruang di mana orang tersebut berada. Sedangkan Xerox PARC Tab yang juga
dikembangkan pada sekitar tahun 1992 adalah sebuah alat genggam (handheld)
dengan kemampuan setara dengan sebuah communicator. Patut diingat kedua alat
ini diciptakan sekitar 15 tahun lalu dan bahkan sempat diproduksi secara
komersial jauh sebelum era telepon seluler 3G yang tengah kita alami saat ini.
Aspek-aspek yang
Mendukung Pengembangan Ubiquitous Computing
1. Natural Interfaces
Sebelum adanya konsep ubicomp sendiri, selama bertahun-tahun kita telah
menjadi saksi dari berbagai riset tentang natural interfaces, yaitu penggunaan
aspek-aspek alami sebagai cara untuk memanipulasi data, contohnya teknologi
semacam voice recognizer ataupun pen computing. Saat ini implementasi dari
berbagai riset tentang input alamiah beserta alat-alatnya tersebut yang menjadi
aspek terpenting dari pengembangan ubicomp.
Kesulitan utama dalam pengembangan
natural interfaces adalah tingginya tingkat kesalahan (error prone). Dalam
natural interfaces, input mempunyai area bentuk yang lebih luas, sebagai contoh
pengucapan vokal “O” oleh seseorang bisa sangat berbeda dengan orang lain meski
dengan maksud pengucapan yang sama yaitu huruf “O”. Penulisan huruf “A” dengan
pen computing bisa menghasilkan ribuan kemungkinan gaya penulisan yang dapat
menyebabkan komputer tidak dapat mengenali input tersebut sebagai huruf “A”.
Berbagai riset dan teknologi baru dalam Kecerdasan Buatan sangat membantu dalam
menemukan terobosan guna menekan tingkat kesalahan (error) di atas. Algoritma
Genetik, Jaringan Saraf Tiruan, dan Fuzzy Logic menjadi loncatan teknologi yang
membuat natural interfaces semakin “pintar” dalam mengenali bentuk-bentuk input
alamiah.
2. Wireless Computing
Komputasi nirkabel mengacu pada
penggunaan teknologi nirkabel untuk menghubungkan komputer ke jaringan.
Komputasi nirkabel sangat menarik karena memungkinkan pekerja terlepas dari
kabel jaringan dan mengakses jaringan dan layanan komunikasi dari mana saja
dalam jangkauan jaringan nirkabel. Komputasi nirkabel telah menarik minat pasar
yang sangat besar, seperti saat ini banyaknya permintaan konsumen untuk
jaringan rumah secara nirkabel.
3. Context Aware Computing
Context aware computing adalah
salah satu cabang dari ilmu komputer yang memandang suatu proses komputasi
tidak hanya menitikberatkan perhatian pada satu buah obyek yang menjadi fokus
utama dari proses tersebut tetapi juga pada aspek di sekitar obyek tersebut.
Sebagai contoh apabila komputasi konvensional dirancang untuk mengidentifikasi
siapa orang yang sedang berdiri di suatu titik koordinat tertentu maka komputer
akan memandang orang tersebut sebagai sebuah obyek tunggal dengan berbagai atributnya,
misalnya nomor pegawai, tinggi badan, berat badan, warna mata, dan sebagainya.
Di lain pihak Context Aware
Computing tidak hanya mengarahkan fokusnya pada obyek manusia tersebut, tetapi
juga pada apa yang sedang ia lakukan, di mana dia berada, jam berapa dia tiba
di posisi tersebut, dan apa yang menjadi sebab dia berada di tempat tersebut.
Dalam contoh sederhana di atas tampak bahwa dalam menjalankan instruksi
tersebut, komputasi konvensional hanya berfokus pada aspek “who”, di sisi lain
Context Aware Computing tidak hanya berfokus pada “who” tetapi juga “when”,
“what”, “where”, dan “why”.
Context Aware Computing memberikan
kontribusi signifikan bagi ubicomp karena dengan semakin tingginya kemampuan
suatu device merepresentasikan context tersebut maka semakin banyak input yang
dapat diproses berimplikasi pada semakin banyak data dapat diolah menjadi
informasi yang dapat diberikan oleh device tersebut.
4. Micro-nano technology
Perkembangan teknologi mikro dan
nano, yang menyebabkan ukuran microchip semakin mengecil, saat ini menjadi
sebuah faktor penggerak utama bagi pengembangan ubicomp device. Semakin kecil
sebuah device akan menyebabkan semakin kecil pula fokus pemakai pada alat
tersebut, sesuai dengan konsep off the desktop dari ubicomp. Teknologi yang
memanfaatkan berbagai microchip dalam ukuran luar biasa kecil semacam T-Engine
ataupun Radio Frequency Identification (RFID) diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari dalam bentuk smart card atau tag. Contohnya seseorang yang
mempunyai karcis bis berlangganan dalam bentuk kartu cukup melewatkan kartunya
tersebut di atas sensor saat masuk dan keluar dari bis setelah itu saldonya
akan langsung didebet sesuai jarak yang dia tempuh.
microchip Toshiba
Isu-isu Seputar
Ubicomp
1. Security
Ubicomp membawa efek meningkatnya
resiko terhadap security. Penggunaan gelombang, infra merah, ataupun bentuk
media komunikasi tanpa kabel lain antara alat input dengan alat pemroses data
membuka peluang bagi pihak lain guna menyadap data. Sebagai implikasinya sang
penyadap dapat memanfaatkan data tersebut untuk kepentingan mereka. Saat ini
berbagai riset tentang pengiriman data yang aman, termasuk penelitian terhadap
protokol-protokol baru, menjadi salah satu fokus utama dari riset tentang
ubicomp.
2. Privasi
Penggunaan devices pada manusia
menyebabkan ruang pada privasi semakin mengecil. Dengan alasan efisiensi waktu
pegawai seorang pimpinan dapat meminta semua karyawannya memakai tag yang dapat
memonitor keberadaan karyawan tersebut di kantor. Hal ini menyebabkan sang
karyawan tidak lagi mendapatkan privasi yang menjadi haknya karena
keberadaannya dapat dipantau setiap saat oleh sang pimpinan beserta data yang
menyertainya, misalnya sang pimpinan menjadi dapat mengetahui berapa kali sang
karyawan pergi ke toilet hari itu.
Di dalam beberapa film fiksi ilmiah
kita sering melihat bagaimana pemerintah suatu negara yang paranoid berusaha
memberikan tag pada setiap warganya demi mendapatkan data dengan dalih keamanan
nasional. Apabila tidak mempertimbangkan hak-hak privasi dan etika, dengan
teknologi saat ini pun hal tersebut sudah dapat diaplikasikan.
3. Wireless Speed
Dengan berbagai macam ubicomp
devices tuntutan akan kecepatan teknologi komunikasi nirkabel menjadi sesuatu
yang mutlak. Teknologi saat ini menjamin kecepatan ini untuk satu orang atau
beberapa orang dalam sebuah grup. Tetapi ubicomp tidak hanya berbicara tentang
satu device untuk satu orang, ubicomp membuat seseorang dapat membawa beberapa
devices dan ubicomp juga harus dapat dimanfaatkan di area yang luas semacam
stasiun, teknologi yang ada saat ini belum mampu menjamin kecepatan untuk
situasi semacam itu karena itu ubicomp dapat menjadi tidak efektif apabila
tidak didukung perkembangan teknologi nirkabel yang dapat menyediakan kecepatan
yang dibutuhkan.
Buxton (1995) menyatakan bahwa
ubiquitous computing mempunyai karakteristik utama yaitu:
1. Ubiquity
Interaksi tidak
dilakukan oleh suatu saluran melalui satu workstation. Akses ke komputer dapat
dilakukan di mana saja. Sebagai contoh, di suatu kantor ada puluhan komputer,
layar display, dan sebagainya dengan ukuran bervariasi mulai dari tombol
seukuran jam tangan, Pads sebesar notebook, sampai papan informasi sebesar
papan tulis yang semuanya terhubung ke satu jaringan. Jaringan nirkabel akan
tersedia secara luas untuk mendukung akses bergerak dan akses jarak jauh.
2. Transparency
Teknologi ini
tidak menganggu keberadaan pemakai, tidak terlihat dan terintegrasi dalam suatu
ekologi yang mencakup perkantoran, perumahan, supermarket, dan sebagainya.
Karakteristik
Lingkungan
Ada banyak jenis layanan yang dapat
ditawarkan dalam lingkungan AmI, antara lain layanan-layanan airport,
perkantoran, perbankan, transportasi, supermarket, pendidikan, rumah tangga,
dan lain-lain yang tercakup dalam suatu area perkotaan. Karakteristik dari
lingkungan pelayanan ini adalah sebagai berikut:
1.
Personal Device
Pemakai dilengkapi
dengan peralatan pribadi yang mudah dibawa (portable) seperti: PDA, smart
phone, komputer kecil yang mudah dibawa, atau sejumlah peralatan nirkabel yang
saling terhubung membentuk suatu Body Area Network. Peralatan peralatan
tersebut secara dinamis dapat menyesuaikan jenis protokol radio yang berbeda.
2.
Network Architecture
Para pemakai
bergerak dalam suatu jaringan komunikasi nirkabel heterogen yang membentuk
suatu jaringan berkabel yang lebih luas. Peralatan pemakai saling terhubung
menggunakan jaringan nirkabel berbasis infrastruktur. Peralatan-peralatan
tersebut juga dapat berhubungan dengan peralatan, sensor, dan layanan yang ada
di lingkungan.
3.
Service Provisioning
Layanan bagi
pemakai disediakan di berbagai tempat berbeda dalam lingkungan AmI di mana
pemakai dapat menggunakan layanan yang tersedia dengan sumber-sumber daya yang
terhubung tanpa kabel. Layanan-layanan ini diberikan oleh suatu sistem layanan
gabungan dengan application server yang dapat diakses melalui infrastruktur
jaringan.
4.
Sensing Architecture
Untuk mendukung
pemberian layanan-layanan tersebut, lingkungan AmI dilengkapi berbagai jenis
sensor. Sensor ini membuat interaksi antara pemakai dengan jenis layanan yang
dibutuhkan menjadi lebih efisien. Sensor ini akan menangkap informasi dari
lingkungan secara terus-menerus dan memantau aktivitas yang dilakukan para
pemakai. Sensor ini kemudian membawa informasi tersebut ke sebuah modul AmI
yang akan memprosesnya dalam suatu aplikasi. Jenis sensor yang digunakan
meliputi jenis sensor tradisional seperti: sensor suhu, tekanan, cahaya,
kelembaban udara, dan sensor-sensor yang lebih kompleks, seperti kamera yang
dihubungkan dengan jaringan kabel. Dengan demikian, infrastruktur AmI harus
dapat menangkap informasi-informasi dari peralatan-peralatan sensor tersebut.
5.
Modes of Interaction
Pemakai berinteraksi dengan layanan
melalui suatu multimodal user interfaceyang menggunakan peralatan pribadi untuk
berkomunikasi. Multimodalcommunication memungkinkan pemakai mangakses layanan
tidak hanya pada saat mereka duduk di depan PC, tetapi juga pada saat mereka
bergerak bebas dalam lingkungan AmI.
Ubiquitous
computing mempunyai beberapa spesifikasi teknis sebagai berikut:
1. Terminal & user interface
Peralatan yang digunakan sebaiknya
mempunyai kualitas tampilan yang bagus dan responsif terhadap input dari
pemakai. Walaupun dengan ukuran display yang terbatas, penggunaanya harus
intuitif dengan tampilan yang bersih menggunakan alat input yang berbeda
seperti: pen, handwriting recognition dan speech recognition.
2. Peralatan yang murah
Jika kita membangun sebuah sistem
dengan banyak komputer untuk satu pemakai, biaya satu komputer hendaklah tidak
terlalu mahal. Meskipun komputer biasa pada umumnya relatif lebih mahal,
kamputer ini tidak dapat digunakan untuk ubiquitous computing.Tidak semua
komputer dalam ubiquitous computing memerlukan prosesor dan harddisk dengan
spesifikasi seperti dalam komputer biasa.
3. Bandwidth tinggi
Kebutuhan lain dari ubiquitous
computing adalah mempunyai bandwidth jaringan yang cukup untuk melakukan
komunikasi antara peralatan-peralatan yang digunakan. Selain masalah bandwidth,
ada beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan
transformasi data melalui jaringan, antara lain: lokasi terminal untuk mobile
communication, penggunaan frekuensi yang tepat, menjaga kualitas layanan,
enkripsi data, dan mengurangi gangguan-gangguan terhadap jaringan.
4. Sistem file tersembunyi
Ketika seorang pemakai menggunakan
komputer, dia harus belajar beberapa aspek dasar tentang sistem operasi dan
konsep-konsep file serta struktur direktori. Hal ini mengakibatkan pemakai akan
lebih terfokus pada bagaimana informasi akan disimpan, bukan pada informasi itu
sendiri. Salah satu kebutuhan ubiquitous computing adalah bahwa komputer harus
tersembunyi. Komputer harus dapat “memahami” kondisi pemakai. Sebagai contoh,
melalui penggunaan voice recognition atau interface lainnya yang memungkinkan
pemakai melakukan akses tanpa harus mengetahui nama file tertentu, lokasi atau
format file tersebut.
5. Instalasi otomatis
Ubiquitous computing harus dapat
mengeliminasi kebutuhan instalasi program. Dalam sistem konvensional,
seringkali diperlukan instalasi program yang dapat menimbulkan masalah, dan
dalam beberapa kasus harus melibatkan pemakai. Konsep ini tidak berlaku dalam
ubiquitous computing. Program harus dapat berpindah dari sebuah computer ke
komputer lain tanpa harus mengubah konfigurasi dasar dalam menjalankan suatu
program baru. Salah satu alternatif adalah dengan menggunakan bahasa
pemrograman Java yang dapat dipindahkan ke computer lain dengan mudah (platform-independent).
6. Personalisasi informasi
Akan lebih baik jika ubiquitous
computing system dapat menjaga agar informasi yang tersedia dapat digunakan
sesuai kebutuhan pemakai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan adalah setiap kali ada seseorang yang baru
bergabung dalam sebuah komunitas, profil pribadi orang tersebut harus
ditambahkan ke setiap peralatan yang ada.
7. Privasi
Salah satu masalah yang paling
penting dalam ubiquitous computing adalah resiko privasi yang serius. Sistem
ini dapat menyimpan data-data pemakai dan lokasinya yang mungkin dapat diakses
oleh pemakai lain. Teknologi jaringan yang baru seperti infra merah atau
komunikasi radio nir kabel menggunakan enkripsi untuk menjaga keamanan data.
CONTOH UBIQUITOS
COMPUTING
Untuk lebih
jelasnya bagaimana penggunaan ubicomp ini dalam kehidupan sehari-hari, saya
akan memberikan contohnya sebagai berikut :
Suatu ketika
tersebutlah seorang engineer di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
teknologi. Dia berangkat kerja dengan mobilnya melewati jalan tol modern tanpa
penjaga pintu tol. Mobil sang engineer telah dilengkapi dengan sebuah badge
pintar berisi microchip yang secara otomatis akan memancarkan identitas mobil
tersebut pada serangkaian sensor saat melewati pintu tol. Pembayaran jalan tol
akan didebet langsung dari rekeningnya setiap minggunya sesuai data yang
di-update setiap mobilnya melewati pintu tol dan disimpan dalam komputer
pengelola jalan tol.
Saat mobilnya
mendekati pintu kantor, sensor pada gerbang pagar kantor mengenali kendaraan
tersebut berkat pemancar lain yang terdapat di mobil tersebut dan secara
otomatis membuka gerbang.
Pada kartu pegawai
sang engineer terpasang device pemancar yang secara otomatis akan mengaktifkan
serangkaian sensor pada saat ia memasuki kantor. Pintu ruang kerjanya akan
terbuka secara otomatis, pendingin ruangan akan dinyalakan sesuai dengan suhu
yang nyaman baginya dan mesin pembuat kopi pun menyiapkan minuman bagi sang
engineer.
E-Toll Pass
Meja kerja sang
engineer dilapisi sebuah pad lembut yang mempunyai berbagai fungsi. Saat ia
meletakkan telepon selulernya di pad tersebut, secara otomatis baterai ponsel
tersebut akan diisi. Jadwal hari tersebut yang sudah tersimpan dalam ponsel
akan ditransfer secara otomatis ke dalam komputer dengan bantuan pad tersebut
sebagai alat inputnya. Misalkan di hari tersebut ia telah mengagendakan rapat
bersama para stafnya maka komputer secara otomatis akan memberitahukan kepada
seluruh peserta rapat bahwa rapat akan segera dimulai.
Charger Pad
Contoh di atas
tidak memerlukan sebuah penemuan teknologi revolusioner, tidak ada algoritma
kecerdasan buatan yang rumit atau alat-alat dengan teknologi seperti pada
film-film fiksi ilmiah yang tidak terjangkau oleh kenyataan. Charger pad untuk
telepon seluler misalnya, saat ini merupakan sebuah alat yang telah diproduksi
secara komersial. Apabila charger tersebut diberi suatu fitur yang dapat
mentransfer data dari telepon seluler ke komputer maka sempurnalah fungsinya
sebagai sebuah contoh ubicomp device. Dengan teknologi mikro dan nano saat ini
satu buah kartu pegawai yang kecil dan pipih dengan beberapa microchip dapat
berfungsi sebagai pemancar sekaligus media penyimpanan data. Reaksi alat-alat
semacam pad, pendingin ruangan, pintu otomatis, dan sebagainya dapat diatur
dengan serangkaian perintah IF-THEN yang sederhana. Untuk komunikasi antar alat
atau dari pemancar menuju sensor hanya dibutuhkan teknologi wireless biasa yang
saat ini pun sudah umum digunakan.
Artikel-artikel
sebelumnya yang membahas mengenai, cloud computing, mobile computing, dangrid
computing, dapat disimpulkan bahwa masing-masing teknologi tersebut memiliki
persamaan dan perbedaan dengan Ubiquitos Computing ini.
Persamaan :
Metode komputasi
untuk mengatasi masalah
Membutuhkan alat
seperti PC, laptop maupun handphone untuk menjalankannya.
Pada Ubiquitos dan
cloud perangkat perlu tidak terlihat (invisible) secara fisik.
Ubiquitous dan
mobile computing sejalan dengan benda yang bersifat portable (mudah dibawa).
Perbedaan :
Komputasi mobile
menggunakan teknologi komputer yang bekerja seperti handphone, sedangkan
komputasi grid menggunakan komputer.
Biaya untuk
komputasi mobile lebih mahal dibandingkan dengan komputasi grid dan cloud.
Komputasi mobile
tidak membutuhkan tempat dan mudah dibawa kemana-mana, sedangkan grid dan cloud
membutuhkan tempat yang khusus karena bersifat portable.
Untuk komputasi
mobile proses tergantung si pengguna, komputasi grid proses tergantung pengguna
mendapatkan server atau tidak, dan komputasi cloud prosesnya membutuhkan
jaringan internet sebagai penghubungnya.
Lingkungan dari
pervasive computing merupakan kumpulan dari benda-benda yang mudah dipakai,
mudah diselipkan dan mudah di bawa ke mana-mana, juga terkoneksi secara
wireless(tanpa kebel).
Sumber:
Jurnal Teknologi
Ambient Intelligence dan Potensi Perkembangannya di Indonesia Oleh: Dr. Ir.
Gunadi Widi Nurcahyo, MSc.
- Jurnal Ubiquitous Computing Oleh R.
Jason Weiss (Development Dimensions International ) and J. Philip Craiger
(University of Nebraska–Omaha)
http://belajarjaringanringan.blogspot.com/2013/12/ubiquitous-computing.html
http://setyajidwi.blogspot.com/2015/06/mengenal-ubiquitos-computing.html
https://andrerianda.wordpress.com/2015/06/16/ubiquitous-computing/#more-180